Bangun jam duabelas malam tentu malas sekali dilakukan. Lebih-lebih lagi
ketika gerimis belum reda juga dari hujan sore tadi. Tetapi tidak, kali
ini ia lakukan dengan semangat melawan kemalasan yang sering
merangkulnya. Celana panjang tentu saja, masih ditambah dengan kaos kaki
tebal, sandal terompah, jaket tebal, kerudung kepala, dan payung. Kopi
panas ia seruput, lalu rokok kretek mulai
menghias di bibirnya yang kebiruan karena kedinginan sejak sore tadi.
Lampu senter perlu ia bawa selain untuk menerangi gang-gang sempit di
pinggir rel, juga memberi pertanda bahwa ia bukan maling. Mana ada
maling memakai lampu senter. Sebenarnya batuk beratnya sudah cukup
memberi isyarat ia bukan pencuri. Tetapi ia tetap membawa lampu senter
karena gang-gang di pinggir rel itu banyak berlobang dengan genangan air
hujan.
Setelah mengunci pintu dan meninggalkan isterinya yang masih ngorok, ia
dengan mantab menyusuri gang-gang di pinggir rel. Sesekali ia berpapasan
dengan penjual bakso atau sate yang baru pulang dari berkeliling.
Pastilah stasiun Lempuyangan itu sudah sepi dari penjual maupun calon
penumpang. Tidak penting bagi dia, karena ia ingin menyaksikan sendiri
yang saat ini menjadi gunjingan orang-orang seluruh Yogya. Bukan
gunjingan saja melainkan sudah menjadi berita utama koran-koran
Yogyakarta, Jawa Tengah, radio dan televisi lokal. Gunjingan di
pasar-pasar, di kantor-kantor, di sekolahan, dan di mana pun diseluruh
kota Yogya, keberadaan kereta-api malam yang misterius menjadi
pembicaraan yang tidak ada habis-habisnya. Bahkan sehabis upacara di
gubernuran pun orang ribut membicarakan kereta-api malam itu.
Pak Salmin yang penjual klithikan di Jl Mangkubumi itu penasaran banget.
Siang tadi ia berdebat keras dengan temannya sesama penjual klithikan,
bahkan ia dikeroyok berdebat bersama tukang becak yang mangkal di situ.
“Saya tidak percaya tahkayul atau mahkluk-mahkluk halus semacam itu.
Bayangkan semisal memang ada, itu akan melibatkan banyak petugas stasiun
yang mengatur perlintasan rel agar jalannya tidak bertabrakan dengan
kereta api lain yang datang dari arah berlawanan. Belum lagi jika
melewati perlintasan dengan jalan umum, bukankah akan ada petugas palang
pintu yang harus menutupnya. Berapa banyak petugas yang terlibat”.
“Lho ……., kamu kok ngèyèl, lha wong pak Wali, pak Camat, pak Lurah ikut
menanggapi kok kamu ngèyèl. Mereka orang-orang terhormat, terpercaya,
mosok mau membohongi orang banyak, kan tidak mungkin, yo ta dik Harjo?
“Betul kang Salmin, semalam tetangga saya, yang isterinya penjual gudeg
di pasar Bringharjo itu juga bilang bahwa banyak orang yang menonton
kereta api malam itu”.
“Kalau memang betul-betul ada, coba kereta itu datang dari mana, menuju ke mana, berhenti di mana saja, coba hayo?.
Sebentar dik Salmin, pertanyaanmu itu seharusnya hanya untuk kereta api
yang normal, artinya kereta api yang memang sudah terkenal seperti, Argo
Lawu, Argo Dwipangga, Fajar Utama, Sancaka dan lain-lain. Lha wong ini
kereta api lelembut kok ditanya dari mana menuju mana. Ha ya ora
nyambung ta?
Ha, ha, ha ……..!!!!! seluruh orang yang berdebat mengeroyok Pak Salmin serentak tertawa terbahak-tabahak.
Pak Salmin merasa terpojok, dikeroyok orang banyak. Merah padam wajah pak Salmin menanggung malu.
“Apa anda semua sudah mendengar sendiri, kesaksian para petugas stasiun Lempuyangan?
“Ha ya belum ta, tapi mosok orang sak Yogya akan bohong? Lha apa dik Salmin sudah mendengar sendiri ?”
“Lha ya belum”.
“Lha ya sama saja to? Ha, ha, ha …………..!!!!! sekali lagi orang yang
berkerumun tertawa terbahak-bahak melihat pak Salmin terdesak.
“Sudah begini saja kang Salmin-sopir becak yang ikut nimbrung itu
menengahi-dari pada bertengkar, padahal sama-sama tidak melihat
buktinya, bagaimana kalau kang Salmin nanti malam membuktikan sendiri.
Mencegat di stasiun Lempuyangan kira-kira jam dua belas malam”.
Sesak dadanya bercampur jengkel memikirkan perdebatan siang tadi.
Mengapa orang begitu saja mudah termakan isu-isu kebohongan seperti itu.
Membuktikan sendiri adalah tindakkan jantan seorang lelaki seperti dia.
Di pasar Lempuyangan pun perdebatan para penjual tak kalah serunya.
“Saya berani taruhan, kalau memang kereta api malam itu ada, saya mau
menggratiskan soto saya. Lah kamu apa taruhannya?” Bu Dermo penjual soto
itu menantang yu Kasiyo.
“Yang penting itu bukan taruhan, tapi membuktikan ada tidaknya”.
Rupanya yu Kasiyo penjual bawang tidak berani menerima tantangan bu
Dermo. Yu Kasmi yang penjual beras disampingnya, tertawa terkekeh-kekeh
mengikuti perdebatan seperti politikus di DPR.
Pak Kasmo penjual kopi rupanya berusaha mengambil keuntungan dengan situasi ini.
“Begini saja. Jangan terlalu banyak-banyak. Sepuluh ribuan saja.
Letakkan di tangan saya. Yang percaya ada di tangan kiri. Yang tidak
percaya ada, letakkan di tangan kanan saya”.
Ternyata banyak juga yang menaruh uang sepuluhribuan di tangan pak
Kasmo, baik di tangan kiri maupun di tangan kanan. Pak Kasmo pasti
untungnya, karena ia akan menerima komisi sepuluh persen dari
kemenangan. Dasar pedagang.
Bagaimana di media. Televisi lokal merasa mendapat ide menarik yang
tentu akan diminati para pemasang iklan. Dibuatlah acara debat sore
dengan tema ”Misteri Keretapi Malam” , dengan nara sumber tokoh-tokoh
terkenal di Yogyakarta, misalnya tokoh budaya, tokoh kampus, tokoh
pemerintahan daerah dan yang tidak ketinggalan adalah nara sumber kunci
dari stasiun Lempuyangan. Sedang keynote speaker pun tidak
tanggung-tanggung, budayawan terkenal dari Yogyakarta. Para pemirsa di
rumah pun, dilibatkan pada acara tersebut dengan diberi kesempatan untuk
memberi tanggapan atau sanggahan melalu saluran telepon.
“Jika masyarakat mengaku memang pernah melihat, kita wajib
mempercayainya. Kalau kita tidak mempercayai masyarakat, bagaimana
masyarakat mempercayai kita?”
“Kita bukan berbicara berdasarkan gossip, melainkan harus ngilmiah
dengan bukti-bukti dan saksi-saksi yang bisa dipercaya. Sekarang coba
kita dengar apa kata nara sumber dari Stasiun Lempuyangan?”.
“Sebaiknya kita tidak mencampur-adukkan antara kepercayaan dan ilmu
pengetahuan, karena keduanya memang punya wilayah garapan
sendiri-sendiri. Kepercayaan tidak membutuhkan pembuktian ilmiah dan itu
kita hormati, demikian juga ilmu pengetahuan memerlukan pembuktian itu
kita hormati. Tetapi keduanya tidak bisa kita persatukan, dan itu pun
harus kita hormati”.
“Coba kalau yang percaya memang bisa membuktikan, pastilah ada fotonya
atau pedeoanya begitu. Jaman sekarang kan tidak sulit memotret, pakai Hp
kan bisa?” seorang dari Sleman nimbrung menelepon acara itu”.
“Kalau misteri Kereta Api Malam itu memang terbukti tidak ada, maka
polisi harus mengusut sumber berita ini. Ini adalah tindakan orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Ini pastilah tindakan orang-orang yang
tidak suka dengan agenda politik kita untuk menggolkan Keistimewaan
Yogyakarta. Mereka akan membelokkan agenda politik kita. Mereka akan
membuat masyarakat Yogyakarta melupakan perjuangan politiknya, yaitu
Keistimewaan Yogyakarta. Polisi harus cepat bertindak dan menangkap
orang-orang pengkhianat ini”. Penelepon dari Kulonprogo itu sangat
heroik menggunakan bahasa perjuangan.
Debat sore di televisi lokal itu sangat keras. Inilah buah reformasi di
bidang kebebasan berpendapat. Seharusnya memang demikian. Pendapat
haruslah diuji. Laboratorium penguji paling canggih adalah “masyarakat”.
Masyarakat bisa menilai sendiri mana kebenaran hakiki dan kebenaran
palsu yang disublimasi.
******
Pak Salmin malam itu sudah berada di daerah stasiun Lempuyangan. Ia
sengaja memilih tempat yang agak jauh dari emplasemen stasiun yang
terang benderang, karena merasa ia bukan penumpang yang menunggu
kedatangan atau akan naik kereta api. Pak Salmin lebih memilih tempat
yang gelap di barat stasiun, dekat persimpangan Jl. Tukangan. Ia duduk
sendirian di tempat gelap agak tersembunyi agar tidak menakutkan orang
yang kebetulan lewat. Setiap ada suara gemuruh di rel, hatinya mulai
deg-degan karena sebentar lagi pasti akan ada kereta api lewat. Tetapi
toh kereta api malam-malam begini juga banyak yang lewat, seperti kereta
api Turangga dari Bandung ke Surabaya atau sebaliknya, kereta api
Mutiara Selatan dari Bandung ke Surabaya atau sebaliknya, kereta api
Bima dari Jakarta ke Surabaya atau sebaliknya, dan masih banyak lagi
lainnya. Belum lagi kereta barang atau kereta pengangkut BBM pertamina
yang seliweran. Tetap saja setiap ada suara gemuruh di rel, pak Salmin
siaga satu bersiap-siap memicingkan matanya untuk membuktikan ada
tidaknya kereta api malam yang misterius itu. Kata orang yang sudah
pernah melihat, semuanya berwarna putih. Lok penariknya putih,
gerbongnya putih, para penumpangnya berpakain putih semua. Kereta itu
datang dari barat menuju timur, setelah lewat tengah malam. Di stasiun
Lempuyangan tidak berhenti, terus berjalan ke timur meskipun tidak
terlalu cepat.
Untuk mengusir kejenuhan dan dingin cuaca sehabis hujan sore itu, ia
mulai membakar rokoknya yang tinggal satu-satunya. Sampai habis rokok
sebatang itu, tak kunjung juga datang kereta api misterius itu. Nyamuk
mulai pesta-pora menghisap darah pak Salmin. Tetapi ia membentengi
dengan jaket yang tebal.
Dari kejauhan terdengar suara beberapa orang berjalan. Agaknya lebih
dari tiga orang. Membawa lampu senter yang sesekali disorotkan ke
bantalan rel. Mungkin para satpam stasiun yang sedang memeriksa bantalan
rel atau persinyalan rel yang sering dicuri maling. Oh ada empat orang.
Mereka menyebar. Tiba-tiba “Hai …. !!!. Kamu …..!!! Ada apa kamu disini
…..!!!. Mau mencuri ya …..???”
Secepat kilat tangan pak Salmin diringkus ke belakang dan diborgol. Pak
Salmin yang sudah tua itu meronta memberontak, tetapi kalah kuat dengan
empat orang satpam. Ia berusaha memberikan penjelasan, tetapi tidak
digubris. Ia dibawa ke stasiun untuk diinterogasi.
“Ada apa kamu malam-malam begini di emplasemen stasiun. Mau mencuri ya ……!!!???”
Segala upaya pak Salmin untuk membela diri dan menjelaskan alasan di
stasiun untuk membuktikan kebenaran kereta api misterius itu, sama
sekali tidak diterima oleh Satpam. Ia digeledah, memang tidak ditemukan
alat-alat untuk mencuri, seperti kunci skrup, linggis, dan lain-lain.
Yang ada adalah KTP dan lampu senter. Tetapi para satpam ini menduga
peralatan untuk mencuri masih disembunyikan di sekitar tempat tadi.
“Betul pak, saya tidak bermaksud mencuri, saya hanya akan membuktikan kereta api misterius itu”.
“Alasan ………, mana ada pencuri jujur. Kalau pencuri jujur, penjara tidak
akan muat lagi.” Ha ….. ha…. ha…..!!! satpam lainnya tertawa
terbahak-bahak.
Setelah puas menginterogasi dan membuat laporan proses perbal, pak
Salmin disuruh menandatangani. Tetapi pak Salmin ingat pernah melihat
koruptor di televisi menolak menandatangani hal semacam itu, maka ia
menolak dengan penuh keberanian. Ia bertekad mempertaruhkan harga
dirinya meskipun harus mendekam di sel sekalipun.
Akhirnya memang betul, pak Salmin sementara harus menginap semalam di sel kantor polisi.
Magelang, 29 Januari 2012
Sumber: http://serbajawa.wordpress.com/2012/02/04/misteri-kereta-api/#more-318
Post Top Ad
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post Bottom Ad
Author Details
TNN (Terkepo News Network) adalah sajian info-info unik, viral, terkini dan sebagaianya bersumber dari berbagai media. Semua informasi yang tampil di laman ini mencantumkan sumber berita/informasi.
No comments:
Post a Comment